Minggu, 28 Desember 2008

dua puluh empat desember dua ribu delapan (part 1)

pagi itu, langit cerah ceria...

saya baru saja tiba di rumah pulang dari tempat kerja yang 183 km jaraknya, sekitar pukul dua dinihari. tiga jam kemudian saya bangun, untuk kemudian berkemas, karena jadwal check-in di bandara pukul tujuh pagi. yup! saya akan pergi. berangkat ke beberapa tempat, memenuhi undangan, mewakili ayah dan ibu saya.

(karena sesuatu hal, nama pelaku dan tempat tetap dirahasiakan, wakakakak)

ternyata, meski sudah berkejaran, saya baru tiba di bandara sekitar 30 menit lewat dari pukul tujuh. fiuh... urusan check-in beres, boarding pass beres, pesawat berangkat pukul sembilan pagi ini, tapi deg! saya teringat sesuatu... ada yang manis seperti madu, seorang wanita, yang senantiasa membuat hatiku berbunga-bunga, yang hari ini juga wisuda di kampus kami.

bandara dan kampus jaraknya kurang lebih 10 km. saya membujuk asisten keluarga kami yang menyertai perjalanan saya kali ini agar mengizinkan saya ke kampus untuk sekedar memberi ucapan selamat (meskipun saya tak tahu bagaimana jadinya nanti...hahaha). sudah hampir pukul delapan, akhirnya sang aspri tak berkutik, saat saya melancarkan bujukan sakti, kata-kata sakti, "ini urusan cinta... cintaku menantiku disana untuk mewujudkannya..."

satu jam lagi! satu jam sebelum berangkat, dan satu jam pula sebelum wisudanya. dengan cepat saya menyewa taksi untuk mengantarku ke kampus. "sempat tidak sempat, sudah terlanjur cinta... oooowowwwowo". didalam taksi, sebentar-sebentar saya melirik ke arloji. gelisah. terjepit diantara dua situasi yang menuntut hal yang sama, sama-sama jam sembilan saya ada. secara logis ini tidak mungkin, tapi... ini kan urusan cinta! yang secara ajaib, bagiku, dalam perspektifku, Allah seolah berkenan diatas dua urusan ini.

taksi seolah berjalan dalam frame slow motion, meski pak sopir sudah berusaha semaksimalnya. 10 km, 9, 8, 7, 6, ..., 3, 2, 1, kampus! yak belok kanan pak! kampus merah tercinta, dan hari ini yang kucinta juga wisuda didalamnya. 8.20. 8.21. ah! maju terus!

semakin dekat dengan auditorium. sudah ramai rupanya. dimanakah saya akan menemukan belahan hatiku??? dimana?!! tapi, tunggu... pak sopir, berhenti! itu dia mobilnya tepat didepan taksi, baru saja tiba. segera saya turun mengejarnya. tak peduli bagaimana tampangku waktu itu, mana napas ngos-ngosan karena pake acara lari segala.

kuketuk jendela pintu mobilnya. ia sendiri. cantik berbalut pakaian toga hitam. senyum kami bertemu. ia sedikit terkejut dan bertanya "apa qta' bikin disini? bukankah sudah dekat waktu berangkat?" saya sudah tak mampu menjawab. pertama karena terpesona. kedua, ia begitu cantik, cantik memang...eh, bukannya ini bagian terpesona juga ya (hahaha, kalo begitu, terpesonanya masih sampai hari ini dong). ketiga, sudah ngos-ngosan karena pake acara lari ini.

saya berjalan disamping mobil itu hingga ke parkiran. agak jauh dapatnya. peluh mulai bercucuran. tapi semua itu sudah tak lagi saya pedulikan. yang penting, saat ini, saya ada untuknya. bersamanya, di hari istimewanya. setelah dua kali undangan traktiran tak dapat saya hadiri karena pas dengan hari kerja. tanggung jawab sebagai abdi negara, abdi rakyat.

tak ada bunga, tak ada kado, sebagaimana biasa, hanya saya yang datang menghampiri dan mengantarkannya hingga ke gerbang auditorium wisuda. saya hanya memandanginya, menatapnya lekat-lekat, mengucapkan selamat untuk hari istimewa ini, untuk pencapaian setingkat kesuksesan lagi dalam hidupnya.

dikatakannya (mungkin tak persis sama ya, ini ingatanku saja), "kak, terima kasih... sudah... nanti ketinggalan pesawat-ki'...". wah, sudah 8.28. secarik kertas pengganti kartu ucapan yang saya buat darurat dalam taksi tadi saya selipkan ke jemarinya untuk kemudian pergi. mata kami bertatap... seolah mengharu-biru harus berpisah, meski hanya beberapa hari, namun seolah untuk sekian lama...

"ayo pak sopir! kita berangkat! kembali ke bandara!"... saya tak lagi memedulikan lalu lintas yang ramai... tidak! saya masih memikirkan dirinya yang begitu indah... ah! tanpa terlalu terasa, saya tiba kembali di bandara. 10 menit lagi take-off!

dengan berlari, saya memperlihatkan boarding pass. scan sana-scan sini. pass! scan lagi... pass! sudah dekat dengan gate pesawatku. lima menit lagi. penumpang lain sepertinya sudah naik. terdengar suara panggilan. saya tak peduli kepada siapa itu ditujukan (meskipun sepertinya itu adalah nama seorang dokter yang itu tuh...hahaha)...

tiga pintu lagi. dua... pass! koq serasa maen sepakbola ala amrik ya! dan yap! pintu pesawat! pintu pesawat boy! zuper!

pagi yang zuper! nanti saya sambung lagi yaaa.... fiuh...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar